Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 123; 1 Korintus 12; 1 Samuel 12-13
Kata warisan sering dikaitkan dengan rumah di kawasan elit, simpanan berlimpah di bank atau saham-saham papan atas dilimpahkan bagi generasi selanjutnya. Alkitab sendiri mengajarkan meninggalkan warisan dalam bentuk uang bagi anak-anak itu layak dihargai dan dipuji. Kitab Amsal mencatat seorang ayah yang baik meninggalkan warisan bagi anak-anaknya agar dapat menjamin masa depan mereka. Tetapi warisan bisa jadi berantakan jika si penerimanya belum dewasa untuk mengurusnya. Jadi warisan seringkali ditentukan oleh karakter pengelolanya.
Yesus berkata hidup kita tidak tergantung kepada harta benda. Ada suatu warisan yang tidak dapat dibeli oleh uang, tidak kena pajak dan tidak dapat diambil alih. Warisan jenis ini memperkaya si penerima, membentuk karakter dan mempengaruhi hidupnya. Warisan ini adalah warisan rohani, benar-benar warisan yang layak untuk ditinggalkan.
Edith Schaeffer dalam bukunya "What is a Family?" menyatakan bahwa keluarga adalah tempat menurunkan warisan itu. Ulangan 6:7 menunjukkan keluarga sebagai sebuah fasilitas built-in untuk membangun warisan rohani bagi anak-Nya. Tapi konteksnya dapat diperluas, warisan rohani dapat diturunkan kepada siapapun - bawahan, rekan-rekan di tempat kerja atau anak-anak rohani yang sedang kita bimbing.
Tuhan telah melengkapi kita dengan Roh Kudus dan akal budi untuk mengenal lebih dulu konsep warisan, untuk kemudian mewariskanya dengan paradigma yang tepat. Jadi apakah kita sudah mulai dapat memikirkan warisan apa saja yang akan diturunkan pada generasi selanjutnya?
Warisan yang layak ditinggalkan adalah warisan rohani yang abadi dan tak ternilai.